Friday, April 13, 2012

Apa yang terjadi hari ini

hari ini kencan pertama ku dengan bahasa indonesia.

semua begitu lepas, kita merasa begitu dekat. dan merasa begitu nyata.

mungkin ini yang dinamakan dengan nyatanya hubungan. tak terhingga, bahkan saat aku menulis ini, aku masih saja tersenyum puas. tersenyum bebas dan tersenyum penuh rasa cinta.

hari ini aku merasa tidak ada orang yang seberuntung diriku. tidak ada orang yang punya rasa cinta sebesar rasa cintaku.

tak menyangka ternyata dia seindah itu. tak menyangka ternyata dia begitu bercahaya. tak menyangka dia adalah duniaku saat ini.

The Only One, thanks for today my dear. thanks a lot for what you have given to me. I love you..really2 love you...

Rasa ini tak akan tergantikan.... :)

Thursday, April 5, 2012

why do you love me?

that question came from her mouth.. she said "why do you love me?"

Love is a feeling. sometimes you know what you feel, sometimes you don't.

for me love is untold and unexplainable. it's just so wonderful to have this feeling. it's a lot more that what you have expected. You will feel blessed with this. It's something that you heart won't lie about.

it's weird, isn't it? but it's true....no one could deny this.

the question is, why??? when you have a question that is using "why" it will need a reason, except for this question. there are reasons, but you can't explain those reasons.

my answer is "I don't know". She just keeps sticking here inside and won't come out. Do I love her because I know that she's the perfect one? "I don't know". One thing that I know is she's the one for me and the only one.

When I can't answer "why do you love me?" question, does it mean I don't really love her? Of course not. If I don't love her, why do I always think about her? why do I always put her name in my pray?

I think someone who can answer "why" question is making a bullshit words. I think I will never be able to answer "why" question.

Next, how can you approve your love? this is a tough question. I can't answer this question either. All I know, I have tried to give everything that I can give.. I have tried to show everything that I can show. I have tried my best.

Will she know that I really love her? hmm....she's the one who can answer this. not me, not the others.

I belive someday she will know that I really love her...from deep inside...and all of that also because I believe that I can prove it to her...

I love you dear...really love you :*

How I Met Her

where should I start?

well, namanya mira. management internasional 2010.

kita kenal di ELS, because she was my student. saat itu dia ada di pre advanced B class. belum ada rasa yang

timbul sampai di saat kelas kita hampir berakhir tiba-tiba aku merasa ada yang berbeda.

since she's in the same major, and eventually I have a class that she takes also, so I have a reason to ask her number then : to borrow her material.

setelah beberapa hari akhirnya kita mulai

bercerita tentang hobby dan yang lainnya. kitapun menemukan persamaan, sama-sama hobby masak dan makan :D. sampai pada suatu saat dia bilang kalau dia lagi bikin cup cakes and kesal karena hasilnya kurang bagus. lalu aku bilang "why don't you let me try that cup cakes?" and she said "Okay, I'll bring it to you tomorrow after the class"

itulah pertama kalinya kita bertemu di luar kelas dan makan bareng. saat itu dia sudah berada di advanced class.

setelah itu kita keep in touch lewat sms, ngobrol setelah kelas di ELS dan akhirnya sekitar 3 minggu yang lalu, hubungan kita semakin intens lewat sms. kita mulai bercerita tentang masa depan, cinta dan juga pengalaman manis dan pahit.

dia selalu mengingatkan soal puasa senin kamis, selalu mengingatkan waktu sholat dan bilang kalau sholat subuh itu tidak boleh tinggal, walaupun bangun telat harus langsung sholat.

Akhirnya aku berfikir, inilah dia. She's the one...she really is the one. sampai minggu lalu kita janjian untuk keluar makan.

she said "why do you want me to go out with you?"

I said "nothing" just want to a

sk.

she said "what if I don't wan

t to?"

I said "if you don't want to it's okay. it's your decision right?"

she said "seems like you're not really serious in asking me out, because you don't really care if I want it or not"

I said "I really really really want you to go out with me"

she said "really really really??why why why???"

Dan pada akhirnya kita sepakat janjian setelah ujian berakhir.

sampai akhirnya kemaren

Kita pergi ke pizza hut. kelas jam 5 aku cancel karena harus bertemu dengannya. kita bicara sampai sekitar jam 7, dan kita harus pergi karena aku ada kelas jam 7 dan kebetulan hari itu aku menggantikan tara untuk ngajar kelasnya mira.

perjalanan dari PH ke ELS terasa sangat lama dan akhirnya di jalan itulah :

"mira, you know that I like you right?" she said "as a sister, yes"

"what if I don't want you to become my sister" "what if I want you to become someone else"

She said "like what?"

"maybe I want you to become someone sp

ecial" she said "what do you mean by special"

"you know, someone that is so special to me, the first girl" she said "and then?"

"to become my girlfriend I mean" she smiles and said "what??what do you mean?"

"would you like to be my girlfriend?" she said "do i have to answer it now?"

"No you don't have to, take your time"

akhirnya kita memulai kelas advanced dan berjalan seperti biasa. just like nothing is happening between us.

setelah kelas berakhir, I said to her... "take your time" dan setelah itu dia dijemput papanya.

malamnya sekitar jam 10, aku kirim sms "thanks for going out with me tonight, and I couldn't believe I've said that to you"

she said "I was so surprised you would say that to me"

I said "I don't know what's next"

she said "You know I'm not a perfect girl, I'm afraid I will disappoint you someday"

I said "You know I'm not looking for the perfect one, I have thought about it and I'm sure with what I did"

She said "I want to ask you, do you like me, or do you love me?"

I said "I don't just like you, I have this feeling in my heart for you. I love you but I'm afraid that word is too strong so I don't wa

nt to say it"

she said "Seems like you're so sure that I'm good for you, why?"

I said "sometimes what heart tells us is something that we can't explain"

she said "what do you expect from me?"

I said "nothing but you accepting me as how I am now"

she said "are you sure, can I trust you?"

I said "I am sure and I need your trust"

she said "you have to promise me and not to break your promise"

I said "I will, I do"

she said "so tell me why I should be your girlfriend?"

I said "you're the one..."

she said "hmmm...."

I said "does it mean yes????"

she said "do you want me to say no???"

I said "of course not"

terlalu panjang yang kita bicarakan malam itu...dan terlalu singkat waktu terasa. tanggal 16 maret 2012 aku resmi melepas masa jomblo ku :D

she said you have me now and I have you now... :)

Monday, March 12, 2012

random

betapa senangnya ketika selalu ada orang yang mengingatkanmu akan sholat. puasa sunat dan berbuat kebaikan lainnya.


namanya mira. :D

dialah orang yang membuatku selalu sholat tepat waktu. dialah orang yang membuatku sadar akan pentingnya ibadah dan dialah orang yang membuatku mulai melaksanakan ibadah sunah.

ya..mira..seseorang yang selalu membuatku harus menghapus kotak masuk setiap pagi karena dipenuhi oleh pesan darinya. seseorang yang selalu membuatku tersenyum ketika mendapat pesan darinya..

mira..suatu saat aku sangat berharap dia akan menjadi pertama dan terakhir..


Wednesday, May 4, 2011

Cerita Tentang Ibu

Cerita Tentang Ibu
By : Disa Putri Sabilla

Ibuku?
Yang aku tau, beliau perempuan dengan sejuta cinta

matanya...
coklat indah seperti hamparan padang pasir nan luas
dan aku selalu bermain disana

hidungnya...
seperti perosotan yang selalu aku mainkan sewaktu TK
tidak seperti para warga kulit putih di bagian dunia sana memang

kulitnya...
aku pikir itu awan
putih lembut dan sentuhannya penuh kasih

keringatnya...
itu bagianku!
sekarang hanya mampu aku bayar dengan lantunan Al-Fatihah dalam shalatku

Senyumannya...
jauh lebih hangat daripada muffin buatannya
yang baru keluar dari oven
ah ya!

Air matanya...
itu hidupku!
aku rela mengganti air matanya dengan hidupku walaupun aku rasa itu belum cukup

Suaranya...
siapa penyanyi dengan suara merdu, menurutmu?
aku bersumpah, ibuku punya suara yang jauh lebih menenangkan
tentu saja!

Masakannya!
siapa yang tak suka masakan ibu?
aku tidak tau bumbu rahasia apa yang dicampurkan ibu,
rasanya? sempurna.

Tentu saja ibu, harum tubuhmu...
aku tau itu harum sungai-sungai yang dijelaskan tuhan dalam Al-Qur'an

Kakinya...
surga di telapak kaki ibu,
Bagiku, surga itu ibuku, tidak hanya di telapak kakinya
beliau sederhana. sangat sederhana malah

riasan diwajahnya cukup hany auntuk membuatnya terlihat cerah, tidak berlebihan

Dan tutup Kepalanya..
itu simbol keislamannya
simbol tanggung jawabnya pada Tuhan dan keluarga

Maafkan aku ya ibu,
aku hanya onggokan seluar yang nyaris saja merenggut hidupmu dan membuatmu tersiksa kala 9 bulan itu

mungkin aku tak sebaik anak teman-temanmu
tapi aku janji, bu
aku berikan yang bisa aku berikan
aku yakin ibu tidak akan mencelaku

Kau tau sesosok perempuan yang lebih hangat dari semangkuk sup kala hujan?
itu IBUKU!

dan kau tau sesosok perempuan renta tapi lebih kuat daripada badai yang melumpuhkan akar pohon beringin?
itu IBUKU!

tentu saja ibu...
aku sudah berbisik pada Tuhan untuk menyisakan tempat untuk mu dan keluarga kita
di surga

sampai bertemu lagi ya,
ibuku

sesederhana tanda tanya dalam ujung kalimat tanpa jawab

Thursday, April 21, 2011

Letter to Aunty

Dear Aunty, Last friday was a very hard day for me. the day before that, you called me and I didn't pick up your phone. All I care is my movie that I watched. I was thinking to pick up or call you later.

Until that day, I realized that was a last call from you. not just a last call but also last thing that I will get from you.

I still remember everytime I come home, you always make something. always have a very wonderful food. you have the best cook in the world after my mom of course. I still remember whenever you call me and we talk on the phone, you cried. you always cry. that's just your thing. cry all the time.

And now, no more call from you, no more food that you make, no more cry that I will hear. it's 6 days after you passed away. you broke my heart. I didn't get chance to meet you again.

Dear aunty, until now, I still regret what I did last thursday. didn't pick up your phone is the most stupid thing I ever did. what can I do now. God already called you.

How can I say my forgiveness, how can I say sorry to you now. I can't

All I can say now is a pray. pray for you to have the best place in heaven. pray for you to be safe in your grave...

Thanks for everything, I will never forget..... :(

with all my love to UWO....

Arlan

Sunday, February 27, 2011

Little story that put me in a tears









“Mengasihi artinya berbagi kebahagiaan dan berkorban demi kebahagiaan orang yang kita kasihi”

Dewa Klasik Alexander


Aku meneguk sisa es teh tawar yang masih tersisa di gelasku. Ketika aku masih menikmatinya ekor mataku menangkap sosok anak laki-laki yang memperhatikanku. Matanya menatapku. Sebuah tatapan yang menusuk ke dalam hatiku. Tatapan yang penuh iba. Aku meletakkan gelas yang hanya menyisakan es batu yang masih membeku.

“Bu, anak kecil yang duduk di pinggir jalan itu siapa ya?” tanyaku penasaran kepada pemilik warung sambil memandang anak laki-laki tersebut.

“Ow… Duh, kasihan tuh anak, bang!”

“Kasihan kenapa, bu?”

“Sudah seminggu bapanya meninggal gara-gara sakit. Ibunya sih meninggal pas melahirkan dia. Dia ngga punya keluarga lagi. Sekarang sih dia tidur di mana saja karena di usir dari kontrakan.”

“Begitu ya, bu!”

Selesai membayar es teh tawar yang aku pesan. Aku menghampiri anak laki-laki yang hanya mengenakan pakaian kumal tanpa alas kaki. Entah sudah berapa lama dia tidak mengganti pakaiannya.

Semakin aku mendekatinya semakin jelas kelihatan kalau tubuhnya tidak terurus. Dia terus menatapku sampai aku duduk di sampingnya.

“Nama kamu siapa dek?” tanyaku dengan nada bersahabat sambil mengukir sebuah senyuman.

“Aku lapar, kak!” ucapnya sambil memegang perutnya.

Aku mencoba mengingat uang yang masih tersisa di saku dan dompetku. Hanya ada selembar sepuluh ribuan dan dua koin lima ratus.

“Nanti kakak belikan kamu makanan. Tapi nama kamu siapa?” Sekali lagi aku menanyakan namanya.

“Benar kak? Serius? Kakak ngga bohongkan?”

“Iya. Ngapain bohong? Tapi nama kamu siapa?”

Aku melihat senyuman manisnya yang memancarkan barisan giginya yang tersusun rapi tapi berwarna kuning karena tidak pernah disikat.

“Namaku Samuel Lie. Dipanggilnya Samuel. Kalau kakak?”

“Dewantara, panggil saja kak Tara!”

Dia mengulurkan tangannya lalu kusambut. Sebuah jabatan salam perkenalan yang hangat. Terasa kalau tangannya penuh dengan debu ketika tanganku bersentuhan dengan tangan munggilnya. Kukunya yang panjang menyembunyikan daki berwarna hitam di setiap kuku jarinya.

“Yuk, kita makan.”

“Di mana kak?”

“Tuh ada warteg!” ucapku sambil menunjuk sebuah warteg.

Dengan langkah semangat Samuel memegang tanganku dan menuntunku ke warteg tersebut. Wajah murungnya berubah menjadi ceria.

Aku hanya memandangnya dengan mata yang hampir copot. Lahap sekali anak ini makan. Kurang dari lima menit, makanan yang aku pesan sudah tidak tersisa lagi. Sampai menjilat jarinya segala.

“Terima kasih ya, kak!” ucapnya dengan malu-malu.

“Sama-sama,” balasku terharu meski aku tahu jatah makan malamku sudah tidak ada lagi.

*****

Aku manatap Samuel yang tidur terlelap yang hanya beralaskan koran dan tumpukan baju di kosku yang hanya berukuran 2×1,5 meter. Masih terngiang pembicaraan antara aku dengan Samuel sebelum dia terlelap.

“Aku panggil kakak dengan sebutan Ko Dewa ya?”

Aku menatapnya dengan keheranan di antara terang yang dipancarkan lilin kecil. Anehkan? Kos yang aku tinggali hanya seratus ribu sebulan. Tanpa listrik dan tanpa kamar mandi. Jadi kalau mau mandi harus ke WC umum. Itu pun harus bayar. Suara kereta api yang lewat persis di depan kosku sudah menjadi musik tersendiri bagiku. Kata orang ada harga, ada mutu. Seperti itulah gambaran kos di pinggiran rel kereta api.

“Dulu aku punya koko.”

“Trus koko kamu di mana sekarang?”

Hening. Sunyi. Bisu.

“Koko… Koko meninggal karena sakit sama seperti papa. Namanya Ko Daniel.”

Kembali kesunyian mencekam.“Ngga apa-apakan kalau aku manggil kakak dengan panggilan Ko Dewa?”

Aku berusaha untuk tersenyum, “panggil saja Ko Tara, ya?”

“Oklah kalau begitu.”

Aku tertawa dengan tingkah lakunya yang masih polos.

Karena lelah Samuel langsung tidur terlelap. Sementara aku berusaha menutup mataku diantara suara perutku yang berbunyi karena kelaparan.

*****


“Koko pengen punya toko sendiri,” celotehku ketika mengajaknya ke tempatku bekerja. “Ngga perlu besar, yang penting milik sendiri.”

“Kenapa ngga jadi koki saja?”

“Koki?”

“Iya. Bisa makan sepuasnya. Kita makan ya ko?”

“Kamu lapar?”

“Lapar setengah mati.”

“Tapi uang koko tinggal seribu rupiah. Cuma bisa beli gorengan.”

Samuel hanya menatapku.

“Kamu disini ya, koko beliin kamu gorengan dulu.”

“Iya ko.”

Aku berlari untuk membeli dua potong pisang goreng. Begitu kembali, mata Samuel berbinar-binar ketika menerima dua potong pisang goreng.

“Ini untuk aku dan ini untuk koko,” ucapnya sambil menyerahkan sepotong pisang goreng.

“Untuk kamu saja ya!”

“Ngga mau! Koko kan belum makan apa-apa dari semalam?”

Dengan berat hati aku memakannya juga.

Setelah itu aku langsung melakukan tugasku ketika tiba di toko. Membuka toko, lalu membersihkannya, melayani pembeli dan kemudian menutupnya. Gajinya sih cukup untuk bayar kos, makan, kebutuhan sehari-hari dan biaya transportasi. Tapi beruntung Ko Willy, si empunya toko berbaik hati mengizinkan aku memakai komputernya untuk jualan online. Aku menjual tas yang ada di toko Ko Willy di blogku yang kuberi kamarsolusi.com. Keuntungannya memang sedikit. Tapi aku percaya, setia dalam hal yang kecil maka Tuhan akan mempercayakan hal yang lebih besar lagi.

“Nanti kalau ada yang beli tas sama koko, nanti koko traktir kamu di KFC.”

“Wow! Samuel doain semoga laku. AMIN”

Aku hanya tersenyum. Apa lagi melihat tubuhnya sudah bersih. Meski baju yang dikenakannya kebesaran.

Aku belum bisa membelikan Samuel baju sehinga mau ngga mau dia harus memakai pakaianku.

*****

“Kamu sikat gigi pakai garam ya?”

Samuel menatapku dengan kebingungan.

“Odolnya habis. Koko belum bisa beli.”

“Ow.”

“Begini caranya…” ucapku lalu mengambil garam dengan telunjuk tanganku dan menggosokkannya ke gigiku.

“Asin ko!”

Aku tersenyum meski hatiku perih.

“Yah iyalah masa manis.”

*****


“Badanmu panas,” keluhku bingung ketika tanpa sengaja menyentuh tubuhnya. “Kamu sakit ya?”

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut munggil Samuel yang merah. Dahinya berkerut dan bibirnya mendesah menahan sakit.

Sementara di luar kos, gerimis mulai turun.

Tubuh Samuel kedinginan. Tidak ada jaket atau selimut. Aku berusaha menghangatkan tubuhnya dengan menempelkan beberapa baju ke seluruh tubuhnya.

“Kita ke dokter ya?” usulku, meski aku sendiri tidak yakin mendapat pertolongan tanpa uang yang cukup. Orang miskin dilarang sakit! Kalau berobat harus pinjam sana-sini buat biaya berobat. Setelah sembuh kerja keras lagi buat bayar hutang.

Aku semakin bingung ketika Samuel tidak menjawab. Dia hanya mengerang dengan mata tertutup rapat.

Aku menggendong tubuh Samuel dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Entah kenapa aku takut kehilangan Samuel. Meski baru dua minggu mengenalnya. Rasanya seperti terjalin ikatan batin yang kuat diantara kami.

Sehari tanpa ocehan Samuel rasanya ada yang aneh. Pertanyaan-pertanyaan sering terlontar dari mulutnya hingga kadang aku kewalahan menjawabnya.

“Woi, mau ke mana loe?” sergah satpam rumah sakit ketika melihatku. “Enak saja main masuk!”

“Adik saya sakit, pak?”

Satpam tersebut memandangku dan Samuel berkali-kali. Mungkin dia bingung, aku yang pribumi memiliki adik yang keturunan Tionghoa.

“Bawa saja ke rumah sakit lain. Di sini bayarnya mahal. Ngga terima pasien kayak begini!”

Ya Tuhan? Apa rumah sakit ini hanya menerima pasien yang menaiki mobil mewah yang bisa di rawat di sini? Sementara orang miskin sepertiku tidak diterima?

Ketika satpam tersebut mengarahkan mobil mewah untuk mendapatkan parkir aku langsung menerobos masuk. Aku tetap nekat untuk masuk. Apa pun akan aku lakukan untuk Samuel. Satpam tersebut hanya pasrah dengan sikapku. Aku tidak menghiraukan tatapan orang yang melihatku basah kuyup tanpa alas kaki. Sandal nyang kupakai tadi putus. Mungkin sudah waktunya untuk diganti.

Aku tidak menghiraukan tatapan orang yang memandangku. Dinginnya AC menusuk hingga tulang sum-sumku.

*****


Empat hari kemudian.

“Hemofilia?” tanyaku kaget.

“Penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromosn X,” ucap dokter muda yang cantik perawakannya memberiku penjelasan.

Aku menggagumi kecantikannya.

“Tapi selama ini tidak ada keanehan yang saya temui, seperti pendarahan yang terus menerus atau terjadi benturan pada tubuhnya yang mengakibatkan kebiru-biruan. Kalau boleh tahu, Samuel mengidap hemofilia A atau Hemofilia B, dok?”

“Begitu ya? Hemofilia B.”

Aku terdiam.

“Tidak hanya itu, hasil pemeriksaan menyatakan kalau dia juga positif HIV.”

Aku berdiri seperti patung. Samuel yang masih berumur enam tahun mengidap HIV? Ayah atau ibunyakah yang menularkan? Atau karena dia pernah menjalani transfusi darah dan ternyata Human Immunodeficiency Virus lolos dalam transfusi darah yang dijalanninya.

Kini aku tahu, kenapa tidak ada satu pun keluarganya yang mau menampungnya yang sebatang kara. Mungkin ayahnya meninggal karena HIV juga. Entahlah.

Aku menatap wajah pucat Samuel yang terbaring lemah dengan infus yang terpasang ditubuhnya. Selama Samuel di rawat tidak ada satu pun kata keluh kesah yang keluar dari mulutnya.

Masih jelas tergambar di memoriku pembicaraan kami berdua ketika mengajaknya makan di KFC di salah satu mal di bilangan Jakarta Barat.

“Samuel pengen kado natal!” Ungkap Samuel tiba-tiba begitu melihat nuansa natal yang menghiasi setiap penjuru mal.

“Mau kado apa?”

“Cuma pengen boneka Tazmania.”

“Nanti koko belikan kalau koko sudah punya duit. Beberapa harri ini belum ada tas yang laku. Nanti koko belikan boneka Tazmania yang gede.”

“Yang kecil juga ngga apa-apa kok.”

“Tapi jangan lupa berdoa ya.”

“So, pasti!”

Malamnya sebelum beranjak tidur, kembali dia mengutarakan keinginannya.

“Koko pasti belikan buat kamu. Berharap sebelum natal banyak tas yang laku.”

“Amin!” teriaknya memecah kesunyian malam.

Hatiku miris, seharian aku dan Samuel hanya minum air kran. Tidak ada duit yang tersisa.

“Maafkan koko, Samuel,” bisikku dalam hati sambil mengusap kepalanya.

Menit berikutnya.

Dia mengajakku berdoa. Biasanya aku yang mengajaknya.

“Tuhan… Berkati Ko Tara ya. Berkati pekerjaannya dan usaha on…”

“Online.” timpalku yang mengetahuinya kesulitan menyebut kata tersebut.

“Usaha onlinenya. Berkati juga bloknya.”

Aku tersenyum ketika dia menyebut kata blog dengak pemakaian huruf K dibelakangnya.

“Nama blognya apa ko?”

Kamarsolusi dot com,” ucapku dengan perlahan-lahan.”

“Berkati kamarsolusi dot kom ya Tuhan. Biar banyak orang yang diberkati.”

Aku terharu. Aku meneteskan air mataku.

*****

“Ko, aku mau pulang saja!”

“Kenapa sayang? Di sinikan enak? Ngga kayak di kos koko.”

“Tapi aku kasihan koko harus berhutang untuk bayar semuanya.”

Diam. Sesak.

“Kamu jangan pikirkan itu ya, sayang. Tuhan pasti cukupkan semuanya.”

Tidak ada pilihan selain meminjam uang dengan Ko Willy dengan jaminan gajiku di potong setengah dari seharusnya aku terima setiap bulan.

Sebatang kara seperti ini tidak bisa berharap pertolongan kepada keluarga. Ah, betapa indahnya kalau masih memiliki keluarga. Teman? Ini Jakarta. Uang ngga jatuh dari pohon kayak daun kering. Siapa yang mau memberikan pinjaman kepadaku tanpa jaminan apa-apa yang bisa disita kalau tidak mampu melunasi hutang yang ada? Memberikan pinjaman ke keluarga sendiri saja masih pakai hitung-hitungan. Kalau mau nyumbang harus di ekspos. Berharap kepada manusia memang sering mengecewakan.

“Kamu harus di rawat di sini supaya cepat sembuh.”

“Ko…. Maafkan aku.”

“Kenapa harus minta maaf?”

“Aku sudah merepotkan koko.”

Aku menggenggam tangannya. “Kamu tidak merepotkan kok. Percayalah! Koko malah senang bisa berkorban buat kamu.”

******


Segala macam usaha telah di coba oleh tim dokter yang menangani Samuel. Sudah dua minggu terakhir ini berbagai obat pun silih berganti dimasukkan ke dalam tubuhnya.

Setiap hari berjam-jam aku menemaninya setelah pulang dari jaga toko. Mengobrol, bergurau atau kadang-kadang berdongeng untuknya.

“Ko, apa artinya meninggal dunia?”

Pertanyaan yang menghentakkan diriku yang lelah dan lapar. HIV sudah memorak-porandakan seluruh sistem pertahanan tubuh Samuel. Infeksi yang tidak terlalu berat pun dapat menimbulkan penyakit yang fatal.

“Artinya, kamu akan suatu tempat yang jauh. Tempat di mana kamu berasal.”

“Perginya sendirian?” tanyanya lemah.

Mataku berkaca-kaca. Namun aku mencoba untuk menahan agar air mata itu tidak jatuh.

“Sendirian. Tapi kamu jangan takut.”

“Kalau aku meninggal dunia, siapa yang akan menemani koko?”

Akhirnya air mataku juga jatuh. Diantara penderitaannya dia masih memikirkanku.

“Aku tahu, koko sering ngga makan biar aku kenyang. Koko sering jalan kaki pulang pergi ke toko biar bisa belikan aku sesuatu setiap hari. Nanti di sana, siapa yang motongin kuku Samuel?” ucapnya sambil meneteskan air matanya.

Aku memeluknya.

“Kamu ngga usah mikirin koko ya, sayang! Tuhan pasti menjaga koko.”

“Nanti kalau aku sudah besar dan punya uang yang banyak. Aku mau belikan koko sebuah toko. Biar koko ngga usah kerja lagi. Trus belikan koko rumah dan mobil, biar kalau hujan bisa tetap tidur enak dan tidak perlu lagi jalan kaki.”

Mulutku tertutup rapat. Bungkam. Tak ada kata yang bisa melewati kerongkonganku. Di tengah rasa sakitnya, dia masih menyimpan sebuah impian. Bukan keluh kesah karena sakit yang di deranya.

******

Aku membawa sebuah boneka Tazmania kecil untuk Samuel. Samuel yang terbaring lemah memaksakan senyumannya.

“Ko…”

“Kenapa sayang?”

“Besok aku tidak bisa ikut koko natalan di gereja.”

“Ngga apa-apa.”

“Kamu suka ngga bonekanya?”

“Terima… kasih… ya, ko! Bonekanya bagus banget.”

“Maafkan koko ya. Koko ngga bisa belikan kamu boneka yang gede.”

“Ko, aku mau… kasih koko… kado.”

Aku tercengang!

“Aku cuma… bisa kasih lagu buat koko…”

Aku mendekatkan kupingku di wajah Samuel. Suaranya semakin pelan.

“Ku yakin saat Kau berfirman

Ku menang saat Kau bertindak

Hidupku hanya ditentukan oleh perkataanMu

Ku aman karna Kau menjaga
Ku kuat karna Kau menopang
Hidupku hanya ditentukan oleh kuasaMu

Bagi Tuhan tak ada yang mustahil
Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin
MujizatNya disediakan bagiku
Ku diangkat dan dipulihkanNya”

Air mataku terus jatuh ketika dengan susah payah dia menyelesaikan lagu tersebut. Meski sudah tidak ada lagi harapan Samuel tetap percaya mujizat itu ada.

“Selamat natal ya ko,” ucapnya dengan sangat pelan.

“Selamat natal juga sayang.”

“Ko…”

“Iya, sayang!”

“Koko bisa nyanyikan aku lagi malam kudus? Tapi pake bahasa inggris.”

Tanpa berpikir panjang aku memenuhi permintaan Samuel.

Silent night, holy night

All is calm and all is bright

Round yon virgin mother and child

Holy infant so tender and mild

Sleep in heavenly peace

Sleep in heavenly peace

Silent night, holy night

Shepherds quake at the sight

Glories stream from Heaven afar

Heavenly hosts sing halleluia

Christ the savior is born

Christ our savior is born

Silent night, holy night

Son of God

Love’s pure light

Radiant beams from thy holy face

With the dawn of redeeming grace

Jesus Lord at thy birth

Jesus Lord at thy birth

Halleluia!

Halleluia!

Halleluia!

Christ the savior is born

Tangan kanan Samuel mendekap boneka Tazmanianya sementara tangan kirinya menggengam tanganku.

Genggamannya makin lama makin lembut hingga tak ada lagi nadinya

yang berdetak.

“Surga menantimu, pahlawan kecilku,” bisikku dikupingnya yang dingin.

sumber : kompasiana.com

Justify Full